Selamat Datang di Blog Fauziah Amriny. Selamat Membaca

Senin, 16 April 2012

Persahabatan

Persahabatan, sebenarnya seberapa penting itu untuk kita?
Bagi Q itu adalah sesuatu yang sangat berharga..
Orang tempat kita berbagi baik dalam suka dan duka...
Orang yang selalu ada saat kita butuh...
Orang yang mw menjadi pendengar setia kita...
Orang yang selalu bersedia menyediakan bahunya untuk menjadi sandaran air mata kita...

Tetapi  tak jarang perselisihan terjadi di antara kita...
Manusia juga adalah makhluk yang terdiri dari ego, “kemenangan” ...
Dari sang ego ini membuat manusia jadi egois....
Tetapi kata "sahabatlah" yang membuat kita ingin menyingkirkan smua ego itu...

Kebutuhan untuk mendengarkan dan didengarkan, saling berbagi, saling berdekatan, bahkan saling “bertengkar” membuat sebuah persahabatan menjadi penting.
Teorinya, sahabat adalah orang yang bisa menerimamu apa adanya.
Saat kamu benar dia akan mendukungmu dan brusaha memotivvasimu untuk mencapai sgala yang kau inginkan selagi itu masih dalam jalan yang benar...
Saat kamu salah dia akan memberitahumu kalau kamu salah, “menyalahkan” kesalahanmu tetapi bukan menyalahkan hidupmu, memberi nasihat agar kamu kembali kepada jalan yang benar...
Bukan orang yang men-capmu karena kesalahanmu dan tetap di sisimu untuk membantumu memperbaiki kesalahanmu...

Teorinya, sahabat adalah orang yang mungkin tidak akan selalu ada bersamamu terus-menerus, tetapi dia bisa menjadi orang pertama yang ikhlas kamu hubungi kapan pun dan di manapun hanya untuk mendengarkan keluh kesahmu. eorang Sahabat adalah orang di mana kita sanggup untuk “berdarah-darah” karena membelanya, rela melakukan apa saja hanya untuk melihat senyumnya mekar kembali.
Itu teorinya…

Prakteknya ternyata sulit, bisa jadi karena hal-hal di luar kendali dan ego kita berselisih...
Tetapi bukan tidak mungkin untuk dipelajari.
Dimulai dari diri sendiri untuk meredam ego, mencoba berkompromi, bertanggung jawab atas semua perbuatan, menghargai orang lain, rela membuka hati dan telinga untuk mendengarkan, tetap berbicara dengan nada santai dan kalem walaupun diri sedang dikuasai emosi, dan yang penting adalah… senyum.

Menurut David J. Lieberman, Ph.D, senyum (ikhlas), mengandung 4 hal penting:
1. kepercayaan diri.
2. kegembiraan.
3. antusiasme.
4. penerimaan.

Kamu tersenyum (mekar, ikhlas dari hati) memperlihatkan bahwa kamu yakin dengan diri kamu dan keadaan sekitarmu. Kamu tersenyum, berarti kamu menunjukkan pada orang-orang di sekitarmu bahwa kamu menganggap mereka menyenangkan (dan setiap orang pasti merasa senang kalau dianggap menyenangkan).
Kamu tersenyum, kamu menyiratkan bahwa kamu tulus menerima dia apa adanya.

Saya sendiri tidak mempunyai banyak sahabat.
Saat saya merasakan mereka menjauh, atau ‘insting’ saya merasakan bahwa mereka tidak nyaman bersama saya, membuat saya berpikir “Apa ada yang salah dengan saya dan yang saya lakukan ?
Apa ada yang salah dengan keadaan ini?
Yang saya tahu adalah saya sangat menghargai keberadaan para sahabat saya, tetapi apakah mereka sudah merasa cukup dengan penghargaan yang saya berikan.
Lebih parah lagi, apakah mereka tahu bahwa saya sebenarnya merasa sangat nyaman dengan keberadaan mereka.

Berpikir seperti ini membuat saya tiba di satu titik...
Bahwa mungkin selama ini konsep saya tentang sebuah persahabatan itu salah...
Mungkin saya banyak melakukan kesalahan yang saya tidak sadari...
Sering menganggap bahwa sahabat adalah orang tempat kita bisa berkeluh kesah tentang apa saja.
Tetapi pernahkah kita berpikir bahwa mereka juga manusia yang juga membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah? Bahwa mereka juga manusia dengan segala keterbatasannya, manusia yang juga butuh untuk dibahagiakan, dicintai, dan dimengerti… diberi, bukan hanya memberi, diterima…bukan hanya menerima.

Seperti pepatah “Sesuatu akan menjadi sangat berharga saat kamu sudah kehilangannya.”
Bisa jadi itu benar, bisa jadi itu salah, tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Jadi begini, haruskah kita benar-benar kehilangan dulu baru kemudian kita menyadari bahwa dia berharga tetapi semua sudah terlambat, dan kita tidak bisa mengembalikannya pada  keadaan seperti semula?
Tidak. Tidak harus begitu..!!

Mulailah untuk dan menerima dan  mencintai apa yang kita miliki saat ini, bukan yang kita inginkan.
Seorang sahabat, dia bukan dewa, dia bukan yang maha segalanya.
Dia juga manusia, sama seperti kita.
Mulailah memikirkan hal-hal yang menyenangkan yang mungkin belum kamu lakukan untuk sahabatmu.
Beritahu sahabatmu bahwa mereka berharga, bahwa kamu merasa nyaman berada di dekatnya, apa pun dan bagaimanapun keadaannya.
Beritahu sahabatmu, bahwa kamu bersedia dihubungi kapan pun hanya untuk mendengarkan keluh kesahnya...
Karena itulah sahabat yang sesungguhnya...
Menerima apa adanya n mencoba mengerti keadaan sahabatnya...

Saat kita saling jauh dan jarang berkomunikasi, cobalah untuk berbaik sangka "husnuzon"...
"Ooo, mungkin sahabat saya sedang sibuk.." ^_^
Karena dengan saling mengerti, "persahabatan" itu akan bertahan....

Sahabat, terima kasih untuk semua lukisan indah yang sudah engkau ukir di hatiku...
Terima kasih untuk semua kenangan yang kita lalui...
Semua kenangan suka maupun duka..
Meski kita terkadang sering berselisih paham, tapi itu adalah pemanis sebuah persahabatan...
Tak ada yang sempurna di dunia ini...
Setiap manusia mempunyai kekurangan...
Tapi dengan kekurangan itulah kita saling melengkapi...
Dengan kekurangan yang kita miliki kita dipertemukan dalam persahabatan...

Sahabat, maafkan smua kesalahan dan kekeliruan yang mungkin Q lakukan tanpa Q sadari...
Berikan Q nasehatmu jika Q melangkah d jalan yang salah...
Smoga persahabatan kita tidak hanya di dunia yang fana' ini, tetapi juga d hari akhir nanti...
Smua kenangan yang terukir akan selalu terukir dalam kanvas memori Q.... ^_^

BY : Fauziah Amriny ( Ziefa Ujie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar